Situasi ini memperlihatkan kompleksitas tantangan yang dihadapi dunia usaha Indonesia. Tidak hanya persoalan daya beli dalam negeri yang menurun, tetapi juga ketidakpastian pasar ekspor dan tekanan dari kebijakan global membuat pelaku industri berada dalam posisi yang rentan.
“Itu semua mencerminkan tantangan-tantangan dari industri dan dunia usaha Indonesia yang saat ini sedang terjadi, makanya kita harap-harap cemas nih,” ujar Adhi.
Sebagai informasi, Indeks Manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers’ Index (PMI) turun dari 47,4 pada Mei 2025 menjadi 46,9 pada Juni 2025, sekaligus yang terendah dalam lima bulan terakhir. Hal ini menandakan tekanan yang semakin kuat di sektor industri manufaktur.
Penurunan PMI turut mencerminkan kondisi dunia usaha yang semakin tertekan, baik dari sisi permintaan, produksi, maupun ketenagakerjaan. Adhi mengungkapkan para pelaku usaha saat ini tidak berada dalam kondisi yang baik.
Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah sektor, terutama tekstil, garmen, dan alas kaki, menjadi salah satu indikator memburuknya iklim industri. Meskipun sektor makanan dan minuman masih mampu bertahan, kondisi tersebut tetap diwarnai oleh berbagai tantangan dan tekanan produksi.
(Febrina Ratna Iskana)