sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Aspek Ekonomi Hilirasi Batubara Jadi Tantangan Besar Kementerian ESDM

Economics editor Shifa Nurhaliza
09/03/2021 14:15 WIB
Aspek keekonomian terkait hilirisasi batubara dan perubahan ke arah energi bersih menjadi tantangan besar.
Aspek Ekonomi Hilirasi Batubara Jadi Tantangan Besar Kementerian ESDM. (Foto: MNC Media)
Aspek Ekonomi Hilirasi Batubara Jadi Tantangan Besar Kementerian ESDM. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Aspek keekonomian terkait hilirisasi batubara dan perubahan ke arah energi bersih menjadi tantangan besar. Pasalnya, peningkatan nilai tambah batubara sudah dibahas oleh para pakar sejak dua dekade silam.

Namun proyek tersebut tidak pernah terealisasi, karena industri pertambangan batubara saat itu menghadapi sejumlah kendala seperti teknologi dan regulasi.

"Aspek keekonomian ini adalah tugas besar yang harus kita selesaikan. Pemerintah mengharapkan kita memiliki kisah sukses dalam peningkatan nilai tambah batu bara. Saya tergelitik menyampaikan ini karena sebagai bangsa yang besar di sektor pertambangan, kita sangat lamban dalam konteks peningkatan nilai tambah sumber daya alam," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ridwan Djamaluddin, melalui keterangan tertulisnya, Selasa (9/3/2021).

Kementerian ESDM menyatakan cadangan batubara Indonesia mencapai 37 miliar ton, yang diperkirakan akan bertahan hingga 62 tahun apabila dilakukan penambangan. Berdasarkan Undang-undang Minerba, terdapat enam skema proyek hilirisasi batubara di Indonesia.
 
Pertama, peningkatan mutu batubara atau coal upgrading, kemudian pembuatan briket batubara, lalu pembuatan kokas atau cokes making. Skema selanjutnya melalui pencarian batubara atau coal liquefaction, gasifikasi batu bara, dan terakhir coal slurry yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit skala kecil.

Selain itu, Pemerintah Indonesia memberikan insentif untuk produsen batubara yang menjalankan proyek hilirisasi berupa penghapusan pembayaran royalti 13,5 persen kepada negara.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement