Karena investasi yang mahal tersebut, menurut Bahlil membuat energi ramah lingkungan yang dihasilkan menjadi lebih mahal.
"Makanya dijual ke PLN nya lebih mahal, PLN mau murah tapi barang bagus, mana ada di republik ini harga murah barang bagus," kata Bahlil.
Meski demikian Bahlil mengatakan Pemerintah telah menargetnya setidaknya hingga 2025, 25% total listrik yang dipakai harus berasal dari EBT. "Dengan demikian maka PLN tidak boleh main-main lagi, kalau PLN belum mampu menyesuaikan diri, kita akan membuka untuk investasi di dunia EBT tanpa melibatkan PLN," sambungnya.
Bahlil menegaskan sudah waktunya Indonesia harus memaksakan untuk penggunaan EBT digunakan oleh masyarakat. "Kita harus memaksakan agar energi baru terbarukan ini dipakai, karena kita kaya (SDA)," kata Bahlil.
Sedangkan untuk saat ini EBT baru diwajibkan untuk produk-produk hilirisasi menggunakan harus menggunakan EBT. Itu pun karena syarat untuk masuk ke pasar global.
"Itu kalau kita mau menguasai pasar global," pungkas Bahlil. (FHM)