China — kreditur bilateral terbesar untuk negara-negara miskin — lebih memilih penjadwalan ulang pembayaran daripada pemangkasan utang. China juga ingin lembaga keuangan internasional ikut menanggung kerugian.
Amerika Serikat (AS)—pemegang saham terbesar di Bank Dunia—menentang permintaan China. AS menyatakan langkah tersebut akan melemahkan Bank Dunia dan lembaga serupa.
Hingga kini, negosiasi terkait upaya penangangan krisis utang di dunia berkembang masih terus berlangsung. China dilaporkan mulai bersedia untuk memperlunak tuntutannya. (WHY)