Karena itu, kelompok perbankan Afghanistan telah memutuskan menutup semua bank pada 15 Agustus lalu dan belum dibuka kembali karena takut para nasabah melakukan penarikan dana besar-besaran.
Kekurangan uang tunai adalah mimpi buruk bagi negara yang mengalami defisit perdagangan yang sangat besar seperti Afghanistan. Karena hal itu, kelompok perbankan Afghanistan meminta pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk segera memberikan akses ke aset bank sentral.
"Tanpa akses segera, kami khawatir seluruh ekonomi Afghanistan dan sektor perbankan akan gagal dan diperintahkan untuk melikuidasi aset. Frustrasi publik dan kemungkinan tindak kekerasan akan terjadi karena publik tidak bisa membeli makanan dan kebutuhan lain," tulis memo tersebut. (RAMA)