sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Banyak Fintech AS Merana akibat Gagal Bayar Pinjaman Pengguna Meningkat

Economics editor Fiki Ariyanti
14/01/2023 13:30 WIB
Fintech Amerika Serikat (AS) yang memberikan pinjaman kepada konsumen dengan skor kredit yang buruk menghadapi tahun yang sulit.
Banyak Fintech AS Merana akibat Gagal Bayar Pinjaman Pengguna Meningkat. (Foto: MNC Media).
Banyak Fintech AS Merana akibat Gagal Bayar Pinjaman Pengguna Meningkat. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Perusahaan fintech Amerika Serikat (AS) yang memberikan pinjaman kepada konsumen dengan skor kredit yang buruk menghadapi tahun yang sulit. Ini terjadi karena meningkatnya gagal bayar dan suku bunga.

"Kami perkirakan profitabilitas tertekan bagi banyak perusahaan dan kondisi pendanaan tetap menantang, karena biaya pendanaan yang meningkat akibat kenaikan suku bunga tidak akan diimbangi dengan peningkatan pendapatan," kata Moody's dalam sebuah laporan, dikutip dari Reuters, Sabtu (14/1/2023).

Ini merevisi prospek pemberi pinjaman tersebut menjadi negatif dari stabil. Selama pandemi, banyak startup fintech muncul sebagai pemberi pinjaman kepada peminjam dengan kredit tidak sempurna. 

Menggunakan kecerdasan buatan, alat penyaringan mereka lebih cenderung merekomendasikan permintaan pinjaman ini daripada pemberi pinjaman tradisional.

Pemberi pinjaman, seperti Pagaya Technologies dan OneMain Holdings membiayai diri mereka sendiri dengan menggabungkan pinjaman konsumen subprime ke dalam sekuritas berbasis aset, atau ABS, yang mereka jual ke investor Wall Street.

Menurut data FinSight, ABS pemberi pinjaman termasuk di antara obligasi yang mengumpulkan USD36 miliar pada 2021 dan 2022 dengan menggabungkan pinjaman konsumen dan pasar.

Investor merasa nyaman membeli obligasi karena stimulus pemerintah AS memastikan konsumen memiliki uang untuk memenuhi pembayaran pinjaman mereka.

Moody's mengatakan, tetapi ketika stimulus itu memudar, kerugian pinjaman mulai meningkat. Inflasi telah melanda konsumen subprime yang menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk sewa, bahan makanan, dan bensin, dan berjuang untuk memenuhi pembayaran bunga atas pinjaman pribadi.

Lembaga pemeringkat internasional Moody's menyebut, kerugian pinjaman subprime yang diasumsikan sebagai utang tidak tertagih atau tagihan naik rata-rata sekitar 20% pada kuartal ketiga 2022 dari level di 2019. 

Investor di ABS menuntut hasil yang lebih tinggi untuk kesepakatan baru atau menghindarinya sama sekali. Biaya pendanaan juga meningkat sebanyak 200 basis poin dalam beberapa bulan terakhir dibandingkan pertengahan 2022, berdasarkan data FinSight.

(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement