sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Begini Tantangan Industri Jasa Keuangan dan Konsumen di Era Digital

Economics editor Cahya Puteri Abdi Rabbi
15/09/2023 11:37 WIB
masih rendahnya literasi keuangan di masyarakat menyebabkan jumlah pengaduan konsumen yang terus meningkat juga menjadi salah satu tantangan.
Begini Tantangan Industri Jasa Keuangan dan Konsumen di Era Digital (foto: MNC Media)
Begini Tantangan Industri Jasa Keuangan dan Konsumen di Era Digital (foto: MNC Media)

IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan sejumlah tantangan yang dihadapi konsumen dan industri jasa keuangan di era digital saat ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, mengatakan bahwa gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi.

Sebagai informasi, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 menunjukkan masih adanya gap antara tingkat literasi dan tingkat inklusi di Indonesia, yakni 49,68% untuk literasi dan 85,10% untuk inklusi.

"Gap antara tingkat literasi dan tingkat inklusi keuangan di masyarakat menjadi salah satu tantangan yang dihadapi. Banyak konsumen yang sudah menggunakan produk jasa keuangan tapi belum memahami produknya," ujar riderica, dalam Webinar bertajuk Literasi Keuangan-Optimalisasi Pembiayaan dengan Cerdas dan Bijak, Jumat (15/9/2023).

Di samping itu, masih rendahnya literasi keuangan di masyarakat menyebabkan jumlah pengaduan konsumen yang terus meningkat juga menjadi salah satu tantangan.

Hingga saat ini, OJK telah memberikan sebanyak 118 ribu pelayanan dengan jumlah pengaduan masyarakat sebanyak lebih dari 14 ribu aduan.

"Selain itu, maraknya aktivitas keuangan ilegal juga menjadi perhatian kita semua, OJK sangat memperhatikan ini karena tugas kami tidak hanya melindungi konsumen, tetapi juga masyarakat," tutur Friderica.

Tak hanya itu, adanya kendala akses permodalan khususnya bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) turut menjadi tantangan yang dihadapi konsumen di era digital ini. OJK mencatat, lebih dari 40 juta UMKM masih membutuhkan tambahan pembiayaan modal kerja dan investasi. 

Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo telah memasang target inklusi keuangan sebesar 90 persen di akhir 2024. Dalam hal ini, OJK optimistis dapat mencapai target tersebut.

OJK akan terus berupaya mendorong peningkatan indeks inklusi dan literasi keuangan masyarakat melalui sejumlah program edukasi, antara lain program Desaku Cakap Keuangan, Simolek Edutainment, program literasi keuangan perempuan melalui organisasi perempuan (sicantik), dan melalui Sobat Sikapi serta mahasiswa dan anggota pramuka sebagai agen literasi keuangan.

Strategi lainnya yang juga dilakukan OJK sebagai upaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan masyarakat, yaitu melalui learning management system (LMS), edukasi melalui sosial media secara masif, serta memperkuat sinergi dan aliansi strategis dengan berbagai kementerian lembaga, industri jasa keuangan, universitas, juga organisasi internasional. (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement