Tidak hanya itu, dia juga produk mi instan tidak sepenuhnya berasal dari gandum, namun terdapat komposisi lainnya seperti minyak, bawang dan sebagainya. Sehingga, dia menilai kenaikan tiga kali lipat tersebut berlebihan.
"Saya yakin konsumen kita ini akalnya sehat. Para investor bisa membaca juga," kata Franky.
Lagi pula, Franky bilang, saat ini ada panen gandum di Amerika Serikat (AS) dan di belahan bumi selatan sehingga ‘tidak ada masalah’ soal pasokan gandum.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut dampak perang antara Rusia - Ukraina terhadap rantai pasok bahan makanan mulai terasa di Indonesia. Dia bahkan memproyeksi harga mi instan bakal naik hingga tiga kali lipat.
Itu karena Indonesia bergantung pada impor komoditas dari dua negara. Sehingga kenaikan harga pangan berbasis impor tak bisa dihindari.