"Dunia pertambangan hari ini sangat berbeda dengan 10 tahun 20 tahun silam. Sekarang bekerja di dunia pertambangan bukan hanya sekedar menggali namun juga banyak tantangan transformasi digital dan bisnis yang lebih menarik," ujar Ogi, Jumat (20/8/2021).
Pemerintah, kata dia, terus mendorong hilirisasi digital. Hilirisasi dan transformasi teknologi bisa memberikan nilai tambah bagi negara.
Merujuk GDP, angka kontribusi hasil galian tambang hanya berkisar di angka 7-8 persen saja. Padahal, Indonesia bisa melakukan prosesing minimal barang setengah jadi atau sampai pada end user, maka nilainya bisa naik 4-5 kali lipat.
Di sisi lain, untuk membuat harga jual produksi bisa bersaing di pasar global, maka perlu efisiensi dan efektivitas operasional. "Ini sangat erat kaitannya dengan digitalisasi. Di satu sisi kita melakukan hilirisasi, namun dengan digitalisasi maka proses tersebut bisa lebih efisien dan efektif," kata dia.
(IND)