"Meskipun masih ada permintaan besar akan protein hewani di Asia, beberapa orang makan lebih sedikit daging daripada yang mereka lakukan tiga tahun lalu, dan selera mereka akan pola makan nabati dan bentuk protein alternatif telah meningkat. Tantangan utama adalah harga dan keterjangkauan, karena banyak produk di Asia dikirim dari Barat dengan biaya tinggi," lanjut Ping dalam sebuah wawancara.
Pembelian bahan makanan online kemungkinan akan terus membangun keuntungan yang diperoleh selama pandemi. Ini adalah area di mana Asia menjadi penentu tren, dengan China sebagai pelopor global. Sekedar diketahui, pembelian melalui platform makanan online pada tahun 2025 akan mencapai USD20 miliar di Asia Tenggara dan USD300 miliar di China. (TYO)