sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Diklaim Bakal Ciptakan Kemiskinan Baru, GAPPRI Tolak RPMK turunan PP 28/24

Economics editor Taufan Sukma Abdi Putra
02/10/2024 07:27 WIB
Merujuk kajian GAPPRI, aturan kemasan polos merupakan duplikasi dari Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).
Diklaim Bakal Ciptakan Kemiskinan Baru, GAPPRI Tolak RPMK turunan PP 28/24 (foto: MNC media)
Diklaim Bakal Ciptakan Kemiskinan Baru, GAPPRI Tolak RPMK turunan PP 28/24 (foto: MNC media)

Terbitnya PP 28/2024 pada 26 Juli lalu terus menuai penolakan dari sejumlah stakeholders, termasuk ekosistem pertembakauan. Kemudian, muncul RPMK yang semakin menuai berbagai reaksi serupa. 
 
"Aturan tersebut inkonstitusional dan tidak melibatkan semua pihak terkait seperti kementerian terkait, para pelaku usaha, pekerja, dan petani dalam penyusunannya," ujar Henry. 

Menurut Henry, kebijakan yang diatur dalam PP 28/2024, khususnya mengenai penerapan kemasan polos (plain packaging), dinilai akan berdampak negatif terhadap industri rokok, terutama untuk rokok kretek yang menguasai pasar sebesar 75 persen di Indonesia. 

Henry meyakini, kemasan polos akan memicu maraknya peredaran rokok ilegal karena identitas produk akan sulit dikenali, sehingga konsumen beralih ke produk ilegal yang lebih murah.

"Kemasan polos ini tentu akan mempengaruhi seluruh pelaku industri tembakau, namun yang menjadi kekhawatiran utama kami adalah dampak dari persaingan tidak sehat dan maraknya rokok ilegal," ujar Henry. 

Data Kementerian Perindustrian menyatakan, total tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya di sektor IHT sebanyak 5,98 juta orang, mulai buruh, petani tembakau, petani cengkeh, dan sektor terkait lain.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement