Dari RFCC ini akan dihasilkan dua produk bernilai tinggi yakni propylene untuk bahan baku petrokimia dan industri plastik, serta sulfur yang bisa dijadikan bahan baku kosmetik atau pupuk. Tidak tanggung-tanggung, produksinya bisa mencapai masing-masing 225 ribu ton dan 58 ribu ton per tahun.
“RFCC ini akan menjadi sumber pendapatan baru bagi Kilang Balikpapan karena menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dari residu pengolahan minyak,” tambah Vice President Construction Kilang Pertamina Balikpapan Sabar Simatupang.
Dia menambahkan, beberapa proyek lain yang sedang dalam penyelesaian adalah unit Diesel Hydrotreating (DHT), Naphtha Hydrotreating (NHT), dan Sulphur Recovery Unit (SRU). Secara keseluruhan, progress RDMP Balikpapan hingga pekan ketiga Oktober telah mencapai 91 persen.
Sementara itu, Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen mengatakan, proyek RDMP Balikpapan merupakan salah satu proyek terbesar yang dikelola Pertamina saat ini dan akan menjadi salah satu legacy Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional.
RDMP Balikpapan memang menjadi salah satu proyek terbesar yang pernah digarap oleh Pertamina. Selain kapasitas dan skala produksi yang besar, proyek ini juga didukung oleh ribuan peralatan pendukung yang mencapai 5.203 unit dengan berat keseluruhan mencapai 110 ribu ton atau setara dengan 4,5 kali berat patung Liberty di New York, Amerika Serikat.