"Percepatan implementasi (CCS/CCUS) masih diperlukan beberapa faktor pendorong seperti dukungan pemerintah dalam hal regulasi, perizinan dan insentif," ungkap Nicke yang diwakili CEO Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro pada kesempatan yang sama.
Sebagai perusahaan migas, Pertamina melihat proyek CCS/CCUS menjadi inisiatif penting untuk mempromosikan dekarbonisasi, implementasi rendah karbon, sekaligus memberikan solusi untuk meningkatkan ketahanan energi di Indonesia.
"Kami melihat teknologi CCUS dapat memainkan peran penting mengurangi intensitas karbon di sektor energi," jelasnya.
Sebagai bagian dari B20, ungkap Nicke, Pertamina mengambil dua langkah kebijakan penting mengenai kehadiran CCS/CCUS, yaitu mempercepat mitigasi emisi karbon dari yang sulit dikurangi sektor dan secara progresif mengurangi intensitas karbon listrik dengan mengurangi emisi dari PLTU batu bara dan mempercepat penyebaran energi terbarukan sesuai dengan kondisi nasional.
Selain kerangka regulasi, menurut Menteri ESDM, aspek teknis, keselamatan dan ekonomi turut menjadi perhatian utama pemerintah dalam mengimplementasikan teknologi tersebut. "Pemetaan potensi kapasitas penyimpanan CO2, pengembangan hub CCS/CCUS, serta pembiayaan adalah tantangan lain," jelasnya.