Pada 2020, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperoleh porsi anggaran cukup besar mencapai Rp2914 triliun untuk penanganan Covid-19. BRIN juga memperoleh anggaran sebesar Rp81 triliun untuk pengembangan vaksin Covid-19. (Lihat tabel di bawah ini).
Tantangan anggaran yang cukup besar ini mendorong Indonesia untuk mendorong terbentuknya Financial Intermediary Fund (FIF). Menurut Menkeu Sri Mulyani, pembahasan kesiapsiagaan merespon pandemi melalui FIF ini mulai diangkat dalam Presidensi G20 di Roma Italia.
Menurut Menkeu, sebagian besar negara anggota G20 memberikan dukungan kuat bahwa WHO perlu diperkuat dalam hal efektivitas, kredibilitas, serta sumber daya yang lebih memadai.
Terlebih, jika terkait dengan pandemi atau juga perubahan iklim, dunia dihadapkan pada kesenjangan antara isu yang perlu ditangani dan ketidakseimbangan tata kelola atau sumber daya masing-masing negara yang menciptakan respon berbeda.
“Khususnya dalam pandemi, kita melihat WHO sebagai tata kelola atau otoritas kesehatan global perlu dibenahi dan kemudian G20 sebagai forum utama ekonomi global memutuskan bahwa kita perlu mendukung melalui pembentukan dari FIF ini,” jelas Menkeu.
FIF telah didirikan di bawah World Bank sebagai wali amanat. Saat ini FIF telah memiliki 15 kontributor yakni 12 kontributor berasal dari anggota G20 dan 3 filantropi internasional dengan dana yang terkumpul mencapai USD1,373 miliar.
“Kami sekarang tidak membahas apakah kami membutuhkan FIF, tetapi kami berbicara tentang apa yang akan menjadi tata kelola agar kami dapat menggunakan dana USD1,373 miliar dalam hal bagaimana kami akan memperkuat respon kesiapsiagaan pandemi terutama di negara berkembang,” pungkas Menkeu.
Mengutip laman WHO, pendanaan FIF secara resmi ditetapkan oleh Dewan Pengurus FIF pada pertemuan perdananya 8 hingga 9 September 2022.
FIF akan menyediakan aliran pendanaan tambahan khusus, pembiayaan jangka panjang untuk memperkuat ketahanan menghadapi pandemidi masa depan dan mengatasi kesenjangan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Proposal investasi yang akan didanai oleh FIF akan dibuka mulai November 2022.
“Covid-19 telah menjadi bukti pentingnya untuk membangun sistem kesehatan yang lebih kuat. Berinvestasi sekarang akan menyelamatkan nyawa dan sumber daya untuk tahun-tahun mendatang untuk membantu negara dan kawasan berpenghasilan rendah dan menengah menjadi lebih siap menghadapi krisis kesehatan global,” kata Presiden Grup Bank Dunia David Malpass mengutip laman WHO (13/10).
Direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, pada April lalu juga menyebutkan, untuk melawan pandemi, dunia membutuhkan perangkat yang komprehensif yang mencakup vaksinasi, hingga perawatan anti-virus.
Analisis terbaru dari IMF menunjukkan pencegahan pandemi dapat dilakukan dengan pendanaan USD15 miliar di tahun ini, dan bisa dianggarkan USD10 miliar setiap tahun sesudahnya.
“Tentunya, jika kita telah belajar sesuatu dari pandemi, keamanan kesehatan adalah keamanan ekonomi,” kata Kristalina.
Untuk itu, forum KTT G20 di Bali pada November mendatang sebaiknya salah satunya berfokus pada penegakan komitmen pendanaan bagi arsitektur kesehatan global.
Dengan adanya pendanaan global untuk persiapan pandemi, efek kejut bisa diminimalisir jika terjadi lagi outbreak virus di tengah ramalan ekonomi yang memburuk dan ancaman resesi di tahun depan. (ADF)