"Kala pandemi itu, defisit APBN sampai melebar hingga 6,09% terhadap PDB di 2020. Di 2021, defisit ini menyusut menjadi 4,65%, disusul pada target penyusutan jadi 4,5% di 2022. Tapi, dengan tren surplus neraca dagang yang masih berlanjut, kita optimis defisit APBN bisa 3,92% hingga akhir tahun," ungkap Sri Mulyani.
Dengan latar belakang tersebut, maka defisit APBN 2023 ditargetkan hanya sebesar 2,84%. Dia mengingatkan bahwa penyehatan APBN 2023 diperlukan agar Indonesia bisa siap menghadapi berbagai tantangan gejolak global ke depannya.
"APBN ini perlu dijaga dan dikelola secara kredibel pula untuk menjaga kepercayaan investor, pemegang surat utang negara (SUN), dan lembaga pemeringkat utang. Kita perlu berkaca pada pengalaman Inggris yang tidak kredibel dalam mengelola APBN-nya, sehingga menyebabkan ekonominya terguncang," pungkas Sri Mulyani.
(FAY)