Hendi menuturkan, kontraktor EPC tersebut merasa keberatan untuk melanjutkan pengerjaan SGAR yang masuk sebagai proyek strategis nasional (PSN) Presiden Joko Widodo. Alasannya, keberlanjutan proyek justru akan merugikan perusahaan secara bisnis.
"Kontraktor merasa, kalau dia melanjutkan ini, dia akan rugi besar. Mungkin kami tidak ada pilihan lain selain memutus kontrak ini dan mengulang proses pencarian kontrak yang baru,” jelasnya.
Adapun molornya proyek yang ditaksir mencapai US$1,7 miliar dengan kapasitas operasi 1 juta ton itu disebabkan karena perselisihan yang terjadi dari pihak pemegang konsorsium EPC, Chalieco sebesar 75% dan sisanya PTPP.
Proyek strategis nasional itu sempat ditargetkan selesai pembangunan infrastrukturnya minimal 70% pada Maret 2022. Hanya saja, perselisihan tersebut menghambat pengerjaan smelter di posisi 13% sampai 14%.