sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Industri Ritel dan FMCG Berharap Berkah Ramadan 2023

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
10/03/2023 08:00 WIB
Bulan Ramadan dan lebaran identik dengan meroketnya konsumsi rumah tangga di Indonesia.
Industri Ritel dan FMCG Berharap Berkah Ramadan 2023. (Foto: MNC Media)
Industri Ritel dan FMCG Berharap Berkah Ramadan 2023. (Foto: MNC Media)

Beberapa perusahaan FMCG global juga terlihat beroperasi di Indonesia seperti Procter & Gamble Co. (P&G), Nestle, hingga Mondelez dengan kapitalisasi pasar masing-masing USD 323,41 miliar, USD 310,7 miliar, dan USD 89,92 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Menurut riset NielsenIQ pada 2021, penjualan FMCG rata-rata melonjak hingga 30% di Indonesia, 15% di Malaysia, 20% di Turki, 11% di KSA dan 6% di UEA selama Ramadan dibandingkan dengan minggu-minggu penjualan normal.

Sementara, riset Kantar berjudul FMCG Outlook Indonesia 2023 menunjukkan meskipun terdapat tekanan inflasi, pasar FMCG Indonesia terus tumbuh pada 2022, dengan nilai pertumbuhan sebesar 9%, naik dari 5% di tahun sebelumnya.

Menurut riset Kantar, inflasi di seluruh kategori FMCG mencapai 7% sepanjang 2022 dan memengaruhi kepercayaan konsumen. Pembeli disebut mulai mengubah kebiasaan berbelanja mereka untuk membantu mengatur pengeluaran rumah tangga. Konsumen cenderung mengurangi barang-barang yang tidak penting dan dalam beberapa kasus beralih ke produk yang lebih murah.

Konsumen juga cenderung mengubah tempat mereka berbelanja dengan pertumbuhan belanja online meningkat, di mana tren ini mulai terlihat sejak era awal pandemi. Meskipun minimarket dan toko ritel sejenis telah berkembang di luar Jawa, namun perubahan terbesar terjadi pada perdagangan digital, yang terus berkembang di kota-kota sekunder dan daerah pedesaan.

Di samping itu, industri FMCG kategori makanan paling terpengaruh oleh kenaikan harga dan inflasi, namun masih menunjukkan kantong-kantong pertumbuhan.

Produk FMCG kategori home care naik sebesar 4% meskipun konsumen membeli lebih sedikit dan lebih jarang berbelanja. Adapun kategori personal care sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan preferensi individu. Sementara produk FMCG perlengkapan bayi tumbuh sebesar 5%.

Menurut Kementerian Perindustrian, industri makanan dan minuman (mamin) di triwulan III-2022 juga bertumbuh mencapai 3,57%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat 3,49%.

Namun, pertumbuhan FMCG pada tahun 2023 diperkirakan akan lebih melambat dari tahun lalu di seluruh kategori, termasuk makanan sebagai sektor utama.

“Karena kebiasaan berbelanja terus berubah dan konsumen dipaksa untuk lebih rasional dalam pengeluaran, para pelaku FMCG harus bekerja lebih keras untuk meningkatkan penjualan” kata laporan Kantar, dikutip Februari (2/2).

Perlu strategi untuk memaksimalkan pemasaran online dan offline bagi para pelaku FMCG, di antaranya dengan mengoptimalkan titik harga dan terlibat dengan segmen pembeli yang berbeda.

“Inovasi akan menjadi pembeda utama dalam merekrut pembeli baru, dengan rasa, acara, ukuran kemasan, dan fungsionalitas baru. Ukuran kemasan yang lebih kecil dan kemanjuran produk akan menarik pembeli lebih efektif,” imbuh laporan tersebut.

Potret ini menunjukkan bahwa hari besar masih menjadi kontributor signifikan pendapatan sektor FMCG. Sama halnya seperti peringatan Hari Raya Imlek di China yang mendongkrak konsumsi lebih tajam di negeri Tirai Bambu, Indonesia juga mengharap berkah serupa.

Meskipun inflasi masih belum terkendali dan IKK masih menunjukkan pelemahan, konsumsi sektor FMCG diharapkan dapat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi RI. (ADF)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement