Benny menyatakan, Pemprov Jabar, akan terus memberikan kenyamanan bagi investor dan juga kalangan industri agar bisa berinvestasi di Jabar, salah satunya dengan memberikan rasa aman dan pengendalian Covid-19. "Pengendalian dengan PPKM sudah terlihat, BOR rumah sakit kini sudah 51 persen," ujarnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar Dyah Anugrah mengatakan, pertumbuhan ini bagian dari buah penanganan ekonomi melalui program Pemulihan Ekonomi baik pada level nasional maupun Jabar yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk kemampuan masyarakat dan dunia usaha dalam berinovasi untuk tetap bertahan di tengah pandemi.
Secara level, nominal Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Jabar atas dasar harga konstan pada triwulan II/2021 sebesar Rp374,69 triliun. Angka ini hampir mendekati nilai kondisi PDRB triwulan II/2019 (Rp375,22 triliun), yaitu kondisi pada saat belum dilanda Pandemi Covid-19.
Hanya dibutuhkan pertambahan nilai tambah bruto (NTB) sekitar 0,14 persen untuk mencapai level triwulan II/2019. "Hal ini menjadi indikasi bahwa ekonomi Jawa Barat sudah mulai beranjak normal, meskipun belum optimal," kata Dyah.
Secara year on year, ujar Dyah, dari sisi produksi hampir semua lapangan usaha tumbuh positif kecuali pertanian dan jasa pendidikan. Industri selaku lapangan usaha utama di Jabar yang pada triwulan II/2021 memiliki kontribusi 41,1 persen, mampu tumbuh 7,26 persen. Pertumbuhan pada lapangan usaha ini didorong oleh industri non-migas.