sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jaga Keanekaragaman Hayati di Lahan Tambang, Ini yang Dilakukan SIG

Economics editor Taufan Sukma/IDX Channel
30/05/2023 18:58 WIB
Area Bulu Sipong berjarak sekitar 10 kilometer dari lokasi operasional Semen Tonasa, dengan luasan area mencapai 31,4 hektar.
Jaga Keanekaragaman Hayati di Lahan Tambang, Ini yang Dilakukan SIG (foto: MNC Media)
Jaga Keanekaragaman Hayati di Lahan Tambang, Ini yang Dilakukan SIG (foto: MNC Media)

IDXChannel - Konsep green industry terus berupaya dijalankan oleh PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), atau juga dikenal dengan nama Semen Indonesia Group (SIG).

Selain fokus pada penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dan juga konservasi lingkungan, perusahaan juga memastikan agar berjalannya kegiatan operasional dapat selaras dan sejalan dengan ekosistem lingkungan sekitar.

Tak hanya itu, SIG juga menegaskan komitmen terkait upaya pelestarian keanekaragaman hayati, cagar alam, serta budaya, di sekitar wilayah operasional perusahaan.

Seperti halnya yang dilakukan melalui salah satu anak usahanya, yaitu PT Semen Tonasa, yang sejak 2018 telah menetapkan kawasan Bulu Sipong sebagai area keanekaragaman hayati dan kawasan konservasi.

"Area (Bulu Sipong) ini berjarak sekitar 10 kilometer dari lokasi operasional Semen Tonasa, dengan luasan area mencapai 31,4 hektar," ujar Pelaksana Tugas (Pgs) GM Komunikasi dan Hukum Semen Tonasa, Ardiansyah, dalam keterangan resminya, Selasa (30/5/2023).

Penetapan Bulu Sipong sebagai area keanekaragaman hayati dan kawasan konservasi, menurut Ardiansyah, diatur melalui SK Direksi No. 47/ST/PR.00/21.00/01-2018 tanggal 17 Januari 2018.

"Saat itu, perusahaan melihat adanya indikasi potensi karst dan arkeologi di dalam area bekas lahan tambang yang sudah puluhan tahun tidak digunakan ini," tutur Ardiansyah.

Potensi arkeologi tersebut, disebut Ardiansyah, semakin jelas terlihat saat 2019 sejumlah arkeolog dari Indonesia Australia yang melakukan riset dan penelitian di area Bulu Sipong, mempublikasikan temuan mengenai lukisan bercerita tertua di dunia pada Jurnal Internasional Nature, sebuah jurnal ilmiah mingguan yang berbasis di Inggris.

Dalam jurnal tersebut, para arkeolog menyebutkan bahwa lukisan yang berada di dalam Bulu Sipong tersebut diperkirakan berusia lebih dari 44.000 tahun yang lalu. 

Ardiansyah menjelaskan, penetapan area Bulu Sipong sebagai area konservasi merupakan bentuk kepedulian dan sekaligus wujud komitmen perusahaan dalam melaksanakan praktik bisnis secara berkelanjutan.

"Semen Tonasa sejak awal berdirinya, berkeinginan menjadi perusahaan persemenan terkemuka yang berwawasan lingkungan," ungkap Ardiansyah.

Dalam menjaga dan mengelola secara serius area konservasi Taman Keanekaragaman Hayati dan Bulu Sipong, Semen Tonasa diklaim Ardiansyah telah melakukan banyak hal.

Diantaranya penanganan debu jalan tambang melalui pengecoran jalan tambang sejauh 1,5 km, penyiraman jalan tambang minimal sekali per 2 jam, penanaman tanaman endemik, dan pemasangan alat pemantauan debu di area Bulu Sipong.

Untuk penanganan getaran, Semen Tonasa telah menetapkan zona bebas aktivitas penambangan serta pemasangan alat pemantauan peledakan tambang di area Bulu Sipong.

Sedangkan terkait kelembaban, perusahaan juga telah melakukan upaya rehabilitasi lahan bekas tambang dengan berbagai tanaman hijau untuk mencegah terjadinya genangan air. 

Selain itu, berbagai usaha pengamanan untuk membatasi akses ke lokasi juga terus ditingkatkan.  Mulai dari pembatasan akses masuk ke area konservasi yang membutuhkan izin khusus yang dikeluarkan oleh Semen Tonasa dan juga penanggung jawab area konservasi dari instansi terkait, juga berbagai perbaikan dan penambahan pagar pada area konservasi seluas 19,5 hektar dengan panjang pagar pengaman 2 km yang menggunakan tiang beton serta kawat berduri.

"Selain semua upaya tersebut, kami juga telah menjalin kemitraan dengan Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep untuk penyusunan Heritage Management Plan (HMP)," papar Ardiansyah.

HMP sendiri merupakan dokumen yang menetapkan nilai warisan suatu kawasan dan merinci kebijakan yang tepat untuk mengelolanya, sehingga value kawasan tersebut tetap dapat dipertahankan hingga di masa yang akan datang.

Pekan lalu, lanjut Ardiansyah, pihaknya bersama Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep telah menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan mengundang berbagai pakar kalangan akademisi dan lembaga pemerintah, sebagai upaya memperkaya wawasan terkaitr penyusunan HMP tersebut.

"Selain itu, kami juga menjalin kerjasama dengan Badan Pengelola Geopark Maros- Pangkep, Fakultas Ilmu Budaya Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi tenaga ahli yang akan mengelola kawasan Keanekaragaman Hayati dan Bulu Sipong ini nantinya," tegas Ardiansyah. (TSA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement