Pengamat Bisnis dan Pemasaran Yuswohady menyebut bahwa kebijakan buka-tutup pembatasan dari pemerintah mustinya menjadi dasar bagi pemain kafe-resto menyesuaikan marketing bisnis mereka.
"Nah itu kalo planning untuk resto itu kan setengah mati karena begitu ditutup langsung drop, begitu dibuka merangkak naik, ketika sudah mulai naik (pengunjungnya) ditutup lagi, drop lagi, begitu terus, itu yang terjadi selama satu tahun terakhir," kata Yuswo saat dihubungi MNC Portal, Minggu (8/7/2021).
Untuk merespons fenomena ini, menurut Yuswo, pelaku bisnis perlu mengubah strategi pemasaran kafe-resto tidak hanya berlandaskan konsep 'dine-in atau makan di tempat' melainkan adaptasi digital melalui instant-delivery maupun pemanfaatan sosial media.
Kedua hal ini bisa dicapai dengan cara 'Goes Kitchen', atau dapur tanpa kursi pengunjung yang dinilai dapat mengurangi beban pendapatan seperti karyawan, listrik, biaya sewa, dan sebagainya.
"Ini untuk mengantisipasi kondisi buka tutup. Jadi nanti begitu dine in ditutup maka harus segera shifting ke delivery/digital channel. Ini yang bisa dilakukan oleh pemain resto. Mesti harus ke delivery, ini yang saya sebut creative channel, misalnya jual via whatsapp group, jual lewat instagram, selain delivery kurir, dan bahkan bisa melalui web / mobile aplikasi usaha itu," ujarnya.