Sementara itu, Ketua Komite Tetap Bidang Pengembangan Infrastruktur Digital Kadin Indonesia Rio Anugrah menggarisbawahi serangan siber kini semakin kompleks dan tidak bisa diremehkan.
Di mencontohkan pengalamannya menghadapi insiden keamanan siber. Salah satunya adalah kasus OTP brute force yang sempat dianggap sepele, tetapi terbukti cukup berbahaya jika tidak ditangani serius.
“Ancaman siber sekarang luar biasa. Bahkan hal-hal yang awalnya tampak tidak berbahaya bisa berdampak besar. Dengan meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan, kita bisa mengatasi isu-isu seperti itu,” ujar Rio.
Rio juga menyinggung peran AI yang saat ini bagai pedang bermata dua. Di satu sisi, AI membantu efisiensi operasional, namun di sisi lain, AI juga digunakan oleh peretas untuk melancarkan serangan yang lebih canggih.
"Jadi AI itu di satu sisi memang sangat membantu, di sisi lain juga menjadi ancaman. Maka dari itu kita berharap supaya kita bisa sejalan antara tantangan cyber dan juga penerapan AI yang bisa mengatasi isi-isi yang terjadi karena ancaman security," ucap Rio.
Senada dengan Rio, Wakil Ketua Komite Tetap Penerapan AI dan Pelindungan Data Pribadi Kadin Indonesia Eryk Budi Pratama menekankan bahwa peretas kini sudah meninggalkan metode tradisional dan mulai memanfaatkan AI untuk menyerang sistem keamanan digital.
Hal ini, menurutnya, menuntut pelaku usaha dan organisasi untuk memahami bahwa AI harus dilawan dengan AI.
“Faktor manusia adalah tameng utama dari serangan siber. Bahkan dalam etika AI pun, manusia memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana AI belajar dan bertindak,” kata dia Eryk.
(NIA DEVIYANA)