“Tarif resiprokal itu on top dari tarif MFN. Di Amerika juga berlaku untuk negara lain, terutama yang dianggap menyebabkan defisit. Tapi dibanding negara-negara lain, posisi kita masih yang paling rendah,” kata dia.
Susiwijono juga menepis kekhawatiran perdagangan bebas dengan AS akan melemahkan daya saing produk lokal karena masuknya barang impor tanpa bea.
Dia menerangkan, skema seperti ini juga berlaku dalam hubungan dagang Indonesia dengan negara lain, termasuk ASEAN, Australia, Jepang, dan Selandia Baru.
“Kalau di ASEAN lewat ATIGA, perdagangan kita itu lebih dari 90 persen sudah 0 persen. Dengan Australia 94 sampai 95 persen juga sudah 0 persen. Jadi bukan hanya Amerika,” ujar dia.