Namun ini menyebabkan Amerika Serikat (AS) mengakhiri hak istimewa ekspor bebas bea ke Rwanda. Meski begitu, Rwanda masih mengimplementasikan pelarangan impor pakaian bekas.
Pemerintah Rwanda juga mengatakan pakaian bekas mengancam martabat rakyatnya. Karena itu, Rwanda menaikkan tarif impor pakaian bekas dari USD0,20 menjadi USD2,50 per kilogram pada 2016.
Tujuannya untuk menghapus semua impor pakaian bekas. Menurut Badan Pembangunan Internasional AS pada 2015, negara bagian Komunitas Afrika Timur menyumbang USD274 juta atau 13% dari impor pakaian bekas.
Kenya
Kenya termasuk negara yang sempat melarang impor pakaian bekas dari negara Barat pada 2019. Sama halnya dengan Rwanda, Kenya melarang impor pakaian bekas guna membantu negara-negara anggota EAC meningkatkan produksi pakaian dalam negeri.
Kenya merupakan importir pakaian bekas terbesar di sub-Sahara Afrika. Pada 2015-2019, Kenya mencatat peningkatan impor, didorong oleh permintaan untuk digunakan dan diekspor kembali ke negara lain.