IDXChannel - Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Padjajaran (Unpad) Yayan Satyakti menilai komitmen pendanaan yang dijanjikan negara G7 sebesar USD20 miliar atau sekitar Rp300 triliun belum cukup untuk mendanai transisi energi di Indonesia.
Menurutnya, itu karena konsumsi energi fosil di Indonesia sudah terlanjur ketergantungan, mulai dari industri kecil hingga besar, aktivitas masyarakat sehari-hari hingga penggunaan energi untuk instansi pemerintahan.
"Kalau kita bandingkan dengan just transition energy tadi dengan uang sebesar itu, saya kira ini masih belum cukup, tetapi mungkin bisa kita gunakan untuk kebutuhan yang urgent," kata dia dalam Market Review IDXChannel, Jumat (14/7/2023).
Dia menuturkan, dari sisi industri, para pelaku usaha tentu mengupayakan agar biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin untuk kegiatan operasional. Pengguna energi yang murah seperti dari PLTU merupakan langkah cukup efisien dipilih para pengusaha.
Sementara harga energi yang lebih bersih dibandingkan PLTU cenderung cukup mahal. Menurut Yayan, jika harga energi cukup kompetitif, baik energi batu bara maupun renewable energy, maka industri juga bakal melakukan transisi.