3. Diadopsi oleh Sunan Kalijaga sebagai lambang Idul Fitri
Ternyata, asal muasal ketupat sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam di Indonesia. Zaman dulu, masyarakat Nusantara seringkali menggantung ketupat di tanduk kerbau untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka atas panen mereka.
Kebiasaan ini kemudian mulai berubah secara simbolis pada abad ke-15 sampai 16 ketika Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan Walisongo, sedang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Sebagai cara untuk mengasimilasi budaya Islam dengan budaya lokal supaya lebih bisa diterima, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai lambang Idulfitri bersamaan saat beliau memperkenalkan istilah ba’da di Pulau Jawa.
Ba’da tersebut terbagi menjadi dua, yaitu ba’da Lebaran dan ba’da Kupat. Ba’da Lebaran merupakan prosesi Salat idulfitri yang dilanjutkan dengan tradisi saling mengunjungi tetangga dan keluarga untuk menjaga silaturahmi.
Sedangkan ba’da Kupat merupakan tradisi membuat ketupat dan membagikannya kepada tetangga dan keluarga seminggu setelah Idulfitri. Hal tersebut terbukti berhasil, karena tak lama setelah itu, Islam mulai diterima oleh masyarakat Jawa.