“Kalau pakai geothermal itu rasa kopinya lebih clean dan ada fruity-fruity gitu. Beda sama yang konvensional, kalau dijemur di bawah matahari terus ditutup karena hujan jadi kefermentasi, kopinya lebih asam,” ujarnya.
Selain memengaruhi rasa kopi, pengeringan dengan memanfaatkan uap panas bumi juga dapat membuat kopi lebih awet karena tidak mengalami lembab akibat cuaca yang berubah. Hal itu juga yang akhirnya membawa kopi Kamojang diminati pasar luar negeri, terutama Asia dan Eropa.
"Biasanya diekspor ke Jepang, ada juga yang ke Riyard (Arab Saudi)," kata Aldin.
General Manager PGE Area Kamojang I Made Budi Kesuma Adi Putra mengatakan PGE berkomitmen untuk memastikan pertumbuhan bisnis perusahaan berjalan selaras dengan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, keberadaan PLTP Kamojang tidak hanya memberikan manfaat energi, tetapi juga nilai sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Melalui berbagai program pemberdayaan, kami ingin memastikan bahwa setiap langkah pengembangan energi panas bumi juga memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan komunitas lokal,” ujarnya.