sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Memahami Greenflation dalam Transisi Energi Hijau

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
22/01/2024 15:31 WIB
Green Inflation menjadi topik panas dalam ajang debat keempat pemilu presiden (pilpres) 2024.
Memahami Greenflation dalam Transisi Energi Hijau. (Foto: Freepik)
Memahami Greenflation dalam Transisi Energi Hijau. (Foto: Freepik)

Kendaraan listrik, misalnya, menggunakan mineral enam kali lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional. Sementara, pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai membutuhkan jumlah tembaga tujuh kali lipat dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga gas.

Apa pun jalur dekarbonisasi yang saat ini diterapkan oleh negara-negara maju, teknologi ramah lingkungan akan menjadi bagian terbesar dari pertumbuhan permintaan sebagian besar logam dan mineral di masa mendatang.

Namun, seiring dengan meningkatnya permintaan, pasokan menjadi terbatas dalam jangka pendek dan menengah. Biasanya diperlukan waktu lima hingga sepuluh tahun untuk mengembangkan tambang baru.

Ketidakseimbangan antara meningkatnya permintaan dan terbatasnya pasokan menjadi alasan mengapa harga banyak komoditas penting meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan di 2022. Harga litium, misalnya, telah meningkat lebih dari 1000 persen sejak Januari 2020 hingga Maret 2022. Pembatasan ekspor komoditas Rusia juga dapat menambah tekanan pada harga dalam waktu dekat.

Perkembangan ini menggambarkan paradoks penting dalam perjuangan melawan perubahan iklim: yakni semakin cepat dan mendesak peralihan menuju perekonomian yang lebih ramah lingkungan, maka akan semakin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan dalam jangka pendek.

Halaman : 1 2 3 4 5 6
Advertisement
Advertisement