Seiring dengan meningkatnya jumlah bencana alam dan kejadian cuaca buruk, dampaknya terhadap aktivitas ekonomi dan harga juga meningkat. Misalnya saja, kekeringan yang luar biasa di sebagian besar dunia telah berkontribusi pada kenaikan tajam harga pangan baru-baru ini yang memberikan beban berat bagi masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.
Guncangan kedua disebut sebagai fossilflation. Kondisi ini merupakan penyebab utama peningkatan tajam inflasi kawasan euro pada 2022 lalu. Pada Februari 2022, energi menyumbang lebih dari 50 persen inflasi umum di kawasan euro, terutama mencerminkan kenaikan tajam harga minyak dan gas (migas).
Fossilflation mencerminkan dampak buruk ketergantungan pada sumber energi fosil, yang belum dikurangi secara signifikan selama beberapa dekade terakhir. Pada 2019, produk minyak bumi dan gas alam masih menyumbang 85 persen dari total penggunaan energi di kawasan euro.
Perjuangan melawan perubahan iklim merupakan salah satu faktor yang menyebabkan harga bahan bakar fosil menjadi lebih mahal dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya menjadi lebih nyata.
Selain itu, banyak investor institusional di pasar keuangan sudah mulai mengurangi eksposur mereka terhadap produsen energi bahan bakar fosil, yang menyebabkan peningkatan biaya pendanaan dan berkontribusi terhadap lambannya proses produksi minyak mentah di sebagian besar dunia.