Tak hanya fokus pada rasa, Murtini juga cukup concern terhadap kandungan gizi dan kehigienisan produknya, sehingga tidak membahayakan dan bahkan membawa banyak manfaat bagi masyarakat yang mengkonsumsinya.
"Saat itu saya kirim sampel produk ke Sibaweh Laboratorium di Bandung. Lalu saya juga berkunjung ke Prof Abdul Muin Adnan dari IPB (Institut Pertanian Bogor). Alhamdulillah, responsnya semua positif. Bahkan dalam nutricion fact-nya, setiap 100 ml susu kedelai kita itu mengandeng 3,3 gram protein. Jadi value ini yang kita tunjukkan saat pemasaran," urai Murtini.
Tak Hanya Susu
Dengan segala dukungan dan data positif yang didapat tersebut, Murtini pun mulai memberanikan diri untuk menjual produknya pada awal 2020.
Seperti halnya sistem penjualan yang menginspirasinya sejak 2019 lalu, Murtini mulai menitipkan produknya untuk dijual di sejumlah toko. Sebagian besar di antaranya merupakan jejaring toko yang ada dalam kompleks kampus ITB.
Seiring berjalannya waktu, secara bertahap Murtini juga mengembangkan produk susu kedelai buatannya dari semula hanya satu pilihan rasa original menjadi 14 varian rasa dan kandungan.
"Ada banyak varian rasa buah, seperti leci, strawbery, mangga, dan lain-lain. Ada juga rasa matcha, cokelat, dalgona coffe hingga mix jolai (campuran kedelai dan kacang hijau). Lalu terbaru, ada juga yang varian premium, yaitu rasa original namun dengan kandungan protein lebih tinggi lagi," papar Murtini.