IDXChannel - Harga minyak di tahun 2022 termasuk menjadi yang paling fluktuatif di tahun 2022. Nasib komoditas ini banyak dipengaruhi oleh peristiwa penting global tahun ini.
Di awal tahun, pecahnya perang Rusia-Ukraina sempat mendorong harga minyak ke level tertingginya setelah sebelumnya ‘nyungsep’ terhantam pandemi Covid-19.
Wacana pelarangan impor minyak dari Rusia oleh beberapa negara Barat membuat harga 'emas hitam' lebih dari USD100 per barel dan menjadi level tertingginya dalam 14 tahun terakhir.
Berdasarkan data Investing.com per 7 April 2022, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2022 naik ke level USD120,76 per barel.
Harga ini melonjak 56,85% secara year-to-date (ytd) dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang masih berada di level USD76,99 per barel. Jika dibandingkan dengan 8 Maret 2021, harga tersebut juga telah melambung sebesar 79,81% (yoy).
Namun, meskipun harganya tinggi, adanya pembatasan akibat Covid-19 yang ketat di beberapa negara menyebabkan rantai pasok minyak juga sedikit terhambat.
Buntut panjang dari belum berakhirnya perang Rusia-Ukraina juga masih terasa hingga hari ini. Sanksi yang akan dijatuhkan negara-negara Barat terhadap hasil minyak negeri Beruang Merah masih akan dilanjutkan.
Pada hari pada hari Jumat (25/11), tujuh negara ekonomi terbesar Barat setuju untuk mengenakan batasan harga pada minyak Rusia. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi kemampuan Moskow untuk mendanai perangnya di Ukraina tanpa memicu inflasi global lebih lanjut.
Menteri keuangan dari kelompok negara G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, dan Inggris, akan melarang penyediaan layanan transportasi laut untuk minyak mentah dan produk minyak bumi lainnya asal Rusia secara global di atas batas harga yang akan ditetapkan bersama.
Harga maksimum akan ditetapkan berlaku bersamaan dengan serangkaian sanksi Uni Eropa lainnya, yang mencakup larangan impor minyak Rusia melalui laut mulai awal Desember.
Meningkatnya risiko resesi global juga menyebabkan harga komoditas energi ini naik turun. Kondisi diperparah dengan sikap tidak konsisten The Federal Reserves (The Fed) dalam memberikan sinyal kenaikan suku bunga.
Protes di China Sempat Tekan Harga Minyak
Pasar minyak dunia sedang khawatir atas melemahnya permintaan akibat protes yang terjadi di China. Kondisi ini dengan cepat mendorong harga minyak anjlok, ke level terendah 11 bulan terakhir. Patokan harga minyak internasional mengalami pelemahan tajam pada kemarin, Senin (28/11).
Mengutip Investing.com, harga minyak Brent berjangka turun 2,6% menjadi USD74,31 per barel di awal perdagangan bursa Asia pada Senin (28/11). Angka ini mendekati harga seperti di akhir tahun 2021.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate turun 2,4% menjadi USD81,69 per barel. Kedua kontrak tersebut memperpanjang sejarah penurunan harga yang tajam dari minggu lalu dan diperdagangkan pada level terlemah sejak awal Januari 2022.
Harga minyak yang turun tajam ini karena tertekan oleh sentimen meningkatnya protes di beberapa kota besar China yang menolak kebijakan lockdown zero Covid-19.
Peristiwa ini meningkatkan kekhawatiran atas gangguan ekonomi di negara importir minyak mentah terbesar dunia tersebut.
Diketahui bahwa China merupakan salah importir minyak mentah terbesar dengan volume mencapai 12,7 juta barel per hari pada 2021.
Mengutip Statista, peringkat pertama importir minyak terbesar adalah Eropa dengan volume sekitar 13,5 juta barel per hari.
China telah menjadi konsumen minyak terbesar kedua di dunia dengan produksi rata-rata empat juta barel per hari.
Namun, konsumsi minyak China meningkat sekitar tiga kali lipat sejak awal abad ini. Adapun permintaan minyak China tercatat bertumbuh dari tahun-ke-tahun hampir dua persen pada tahun 2020, meskipun ada pandemi virus corona.
Dengan latar belakang tersebut, wajar jika gonjang-ganjing yang terjadi di China membuat pasar minyak juga makin ketar-ketir. Protes yang terus berlanjut akan semakin membuat ekonomi China memburuk dan berdampak pada pelemahan permintaan minyak dari negeri Tirai Bambu tersebut.