Pinjaman pemerintah menyumbang sekitar setengah dari peningkatan ini, dengan sisanya dari perusahaan non-keuangan dan rumah tangga. Utang publik ini mewakili hampir 40% dari total global, terbesar dalam hampir enam dekade. (Lihat grafik di bawah ini.)
IMF juga menyerukan prospek pertumbuhan yang lebih lemah dan kebijakan moneter yang lebih ketat membutuhkan kehati-hatian dalam mengelola utang dan melakukan kebijakan fiskal di tahun ini.
Kondisi Utang Luar Negeri Indonesia
Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan sumber pendanaan dalam melakukan pembangunan nasional. Usaha yang dilakukan pemerintah salah satunya adalah dengan utang luar negeri.
Bagi negara berkembang termasuk Indonesia, pesatnya aliran modal merupakan kesempatan yang bagus guna memperoleh pembiayaan pembangunanekonomi, termasuk dari utang.
Berdasarkan catatan BI, Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan III 2022 tercatat sebesar USD394,6 miliar. Angka ini sejatinya turun dibandingkan dengan posisi ULN pada triwulan II 2022 sebesar USD403,6 miliar.
Jumlah ini terdiri dari utang pemerintah mencapai USD182,3 miliar, turun 11,3% dibanding triwulan sebelumnya USD187,3 miliar. Adapun utang bank sentral mencapai USD8,2 miliar dan utang swasta USD204 miliar hingga triwulan akhir 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Perkembangan tersebut disebabkan penurunan ULN sektor publik yakni pemerintah dan bank sentral, maupun sektor swasta. Secara tahunan, posisi ULN triwulan III 2022 mengalami kontraksi sebesar 7,0% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,9% (yoy).
Menurut BI, penurunan posisi ULN pemerintah tersebut disebabkan oleh perpindahan investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor non-residen pada SBN domestik. Hal ini seiring dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Pelunasan atas beberapa pinjaman program dan proyek yang jatuh tempo juga turut mendukung penurunan ULN Pemerintah pada periode laporan.
BI juga mencatat, struktur ULN Indonesia masih masuk dalam kategori sehat. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 30,1%. Angka ini disebut menurun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 31,8%.
Selain itu, struktur ULN Indonesia masih didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,4% dari total ULN. Ini menandakan ULN masih sehat.
Penggunaan utang paling besar merujuk data BI per September 2022, digunakan untuk beberapa sektor. Enam sektor terbesar di antaranya jasa keuangan dan asuransi sebesar USD70,5 miliar.
Adapun untuk pertambangan dan penggalian mencapai USD40,2 miliar, industri pengolahan USD38,9 miliar, pengadaan listrik, gas, hingga pemanas USD42,9 miliar, jasa kesehatan dan kegiatan sosial USD45 miliar, jasa pendidikan USD30,2 miliar. Merujuk data BI, alokasi dana utang ini di angka yang cukup konstan dari tahun ke tahun.