Dia mencontohkan, luasan Washington DC yang hanya mencapai 17.000 hektare atau setara dengan luasan Kota Bandung. Dengan luas IKN yang luar biasa tersebut, pihaknya khawatir masyarakat yang hendak mengakses istana negara mirip memasuki kawasan industri.
Karena itu, pihaknya mengingatkan bahwa dalam mendesain ruang sebuah kota ataupun IKN, maka pembangunan harus berprinsip seperti membuat baju, tidak sempit dan longgar.
"(Kegagalan) itu terjadi di Brazilia, itu terjadi di Ibu Kota Myanmar, di mana-mana. (pembangunan fisik) Berusaha menaklukan tanah seluas-luasnya, lupa bahwa manusia itu punya batas-batas psikologis, batas-batas motoris yang harus disusun," paparnya.
"Makanya, sebenarnya saya tidak suka kampus-kampus di Indonesia yang terlalu jauh-jauh bangunannya. Jadi antarbangunan harus naik mobil turun mobil dan sebagainya. Lama-lama karena kebiasaan tidak menciptakan kota dengan ukuran skala yang benar, kita jadi terbiasa menerima budaya bahwa menikmati arsitektur harus naik mobil," lanjut dia.
Kang Emil juga mencontohkan Dubai yang sukses menjadi kota berasitektur modern, indah, dan inovatif, namun tidak nyaman untuk menjalani kehidupan.