sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pemerintah Diminta Tak Buru-Buru Pensiunkan PLTU Batu Bara

Economics editor Taufan Sukma/IDX Channel
22/10/2023 23:23 WIB
pemerintah juga diminta untuk dapat bersikap tegas dan independen, serta tidak didikte oleh kepentingan negara-negara maju.
Pemerintah Diminta Tak Buru-Buru Pensiunkan PLTU Batu Bara (foto: MNC Media)
Pemerintah Diminta Tak Buru-Buru Pensiunkan PLTU Batu Bara (foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah memastikan telah mulai secara bertahap menghentikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar energi fosil, seperti batu bara.

Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya transisi energi dari semula menggunakan energi fosil, secara bertahap diganti dengan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.

Atas upaya tersebut, pemerintah diminta untuk tidak bertindak gegabah dan terburu-buru, terlebih dengan belum jelasnya aliran pendanaan dari negara-negara maju sebagai pihak pendonor.

Tak hanya itu, pemerintah juga diminta untuk dapat bersikap tegas dan independen, serta tidak didikte oleh kepentingan negara-negara maju, apalagi sampai harus mengalokasikan dana fiskal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk proyek pensiun dini PLTU tersebut.

"Jangan mau didikte. Untuk kepentingan (transisi energi) ini, kita berharap agar negara-negara maju atau pendonor yang berjanji membantu suntik mati (early retirement) PLTU melalui skema JETP (just energy transition partnership), tentang pendanaan murah, dapat menepati komitmennya," ujar Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto, Sabtu (21/10/2023).

Yang jadi persoalan, menurut Mulyanto, sampai saat ini komitmen dari negara-negara pendonor tersebut terbukti belum juga diwujudkan. Bahkan, wacana yang berkembang saat ini justru perubahan dari skema pendanaan murah menjadi skema dengan bunga komersil.

"Artinya, kita tidak dapat mengharapkan komitmen bantuan dari negara donor tersebut. Mungkin mereka juga masih sibuk mengurusi urusan domestik mereka masing-masing," tutur Mulyanto.

Karenanya, Mulyanto meminta pemerintah untuk tidak melakukan blunder dengan berencana menggunakan APBN untuk mendanai proyek pensiun dini PLTU tersebut, karena tentu bakal memberatkan keuangan negara.

"Apalagi kalau (PLTU yang mau dipensiunkan diri) itu milik swasta. Sekarang bisa kita lihat, bahwa negara maju saja tidak berkomitmen dalam program energi hijau dan dukungan pendanaan yang mereka janjikan. Lalu kenapa kita justru mau saja didikte untuk memensiunkan dini PLTU yang faktanya masih ekonomis," keluh Mulyanto.

Dengan pemikiran tersebut, Mulyanto berharap pemerintah justru mau mengevaluasi secara sungguh-sungguh terkait program suntik mati PLTU tersebut, sehingga jangan sampai merugikan kepentingan nasional.

Mulyanto menegaskan bahwa program suntik mati PLTU tersebut bukan merupakan program yang layak untuk menjadi prioritas alokasi.

Sebaliknya, Mulyanto menilai bahwa program tersebut justru sarat kepentingan yang sengaja dipaksakan oleh negara-negara maju kepada negara berkembang, seperti halnya Indonesia.

"Kita tidak ingin APBN kita yang langka ini digelontorkan untuk menghapus aset PLTU yang pada dasarnya masih bernilai. Banyak pos-pos pembangunan lain yang lebih membutuhkan alokasi prioritas pendanaan APBN, baik terkait sektor pendidikan, kesehatan maupun pangan," tegas Mulyanto. (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement