"Waktu ekonomi tinggi, issuance-nya lebih kecil sehingga itu mengurangi ledakan dari sisi boom yg tahun lalu, jadi countercyclical in action itu bisa dilihat dari sini. Pinjaman neto kita relatif tidak besar, Rp13,3 triliun, tahun lalu juga Rp11 triliun," kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, realisasi pembiayaan non utang tercatat negatif Rp49,3 triliun. Angka ini setara dengan 39,4 persen dari pagu anggaran dalam APBN 2024 sebesar Rp125,3 triliun.
"Jadi kalau kita lihat sampai realisasi sampai 31 Juli, total dari pembiayaan mencapai Rp217 triliun itu 41,4 persen dari postur APBN yg sudah ada di UU APBN kita," kata Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, pembiayaan utang pemerintah tumbuhnya cukup tinggi dibanding tahun lalu, tapi itu relatif ontrack terhadap postur. Dibandingkan tahun lalu itu exceptional karena penerimaan luar biasa baik.
"Tugas kemenkeu sekarang yang paling penting sampai 6 bulan ke depan mengendalikan defisit, karena belanja-belanja sudah dialokasikan dan sekarang akselerasi penerimaan harus dipacu. makanya tadi kita lihat berbagai titik balik penerimaan seperti pajak, bea keluar, bea cukai itu adalah hal yang positif," kata Sri Mulyani.