sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Perusahaan Teknologi Raksasa Bertumbangan, Antara Ambisi Ekspansi dan Suramnya Ramalan Ekonomi

Economics editor Iqbal Dwi Purnama
23/11/2022 11:35 WIB
Jelang akhir tahun, gelombang layoff atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi dengan jumlah yang besar di berbagai perusahaan teknologi besa.
Perusahaan Teknologi Raksasa Bertumbangan, Antara Ambisi Ekspansi dan Suramnya Ramalan Ekonomi. (Foto: MNC Media)
Perusahaan Teknologi Raksasa Bertumbangan, Antara Ambisi Ekspansi dan Suramnya Ramalan Ekonomi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - 2022 menjadi tahun harapan recovery dan pemulihan ekonomi pasca pandemi covid 19 yang melanda lebih hampir mencapai 3 tahun. Nyatanya tidak demikian bagi sektor industri teknologi, terlebih lagi jelang akhir tahun, gelombang layoff atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi dengan jumlah yang besar.

Namun keadaaan berbalik dan justru menjadi 'hantu' ekonomi suram akibat adanya konflik Geopolitik antara Rusia - Ukraina. Konflik tersebut setidaknya menciptakan terhambatnya rantai pasok dan berakibat inflasi di seluruh dunia.

Padahal ketika pandemi covid 19 ada secercah harapan bahwa industri teknologi digital bakal berkembang pesat yang dimotori oleh adanya pembatasan mobilitas masyarakat ketika Pandemi melandasi.

Hal tersebut melahirkan optimisme besar perusahaan teknologi raksasa akan melakukan ekspansi bisnisnya untuk berkembang lebih pesat sesaat setelah pandemi mereda.

Mengutip surat kabar The Wall Street Journal, CEO META Mark Zuckberg mengakui bahwa optimisme yang berlebihan itu justru membuat perusahaan melakukan rekruitmen staf yang masif. Hingga pada satu titik saat ini, ekonomi diramalkan suram hingga perushaan kesulitan untuk survive.

Sementara di platform META sendiri, setidaknya telah memangkas 11 ribu pekerja dan 13% staff perushaan, bahkan untuk Twitter Inc., Stripe Inc., Redfin Corp., Lyft Inc. dan lainnya kalau di totoal angkanya lebih dari 100 ribu pekerja yang terpangkas pada 2022.

Amazon sendiri, setidaknya memberhentikan sebanyak 3% dari staf perushaan. Bahkan Chief Executive Officer Andy Jassy mengungkapkan fenomena ini bakal berlanjut pada tahun depan.

"Ini adalah keputusan tersulit yang pernah kami buat selama ini,” kata Andy Jassy.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement