IDXChannel - Ekonom Indef, Andry Satrio menuturkan, protokol kesehatan masyarakat di beberapa wilayah Indonesia mulai longgar.
Dia pun mewanti-wanti kegiatan ekonomi akan terancam. "Meskipun case Omicron tidak semematikan Delta, tapi angka penularannya paling cepat. Menurut saya mau tidak mau Pemerintah harus menyatakan sikapnya. Masih sering kita melihat masyarakat lengah prokes seperi lepas masker, dan tidak ada hukumannya juga. Nanti efeknya ke kegiatan ekonomi," ujar Andry saat berdialog di IDX Channel, Jumat (4/2/2022).
Bahkan sebelumnya Menteri Kesahatan sudah memprediksi bahwa puncak dari kasus Omicron akan terlihat pada akhir Februari 2022.
Menurutnya, jika masyarakat tidak taat prokes, maka tindakan rem darurat dengan memberlakukan PPKM berlevel bisa saja dilakukan Pemerintah. Dia bilang, ini akan mengganggu aktivitas ekonomi yang perlahan mulai bangkit.
"Diakhir Januari ini aktivitas ekonomi masih menggeliat. Pak Menkes sempat bilang puncak dari Omicron ini adalah di akhir Februari. Jadi kita bisa lihat nanti, apakah tetap menerapkan hidup bersama covid, atau memang ada rem darurat seperti meningkatkan level PPKM. Kalau ini nanti terjadi untuk membatasi mobilitas, pasti akan mempengaruhi aktivitas ekonomi," terang Andry.
Adapun opsi yang menurut Andry bisa dilakukan Pemerintah untuk menjaga perekonomian nasional, yakni menarik rem secara perlahan sebelum puncak kasus benar-benar terjadi di akhir Februari.
"Kalau tarik remnya langsung di akhir Februari saat puncaknya, ini pasti akan memberikan shock yang cukup tinggi. Maka saran saya tarik remnya perlahan. Dinaikan dulu level PPKM-nya dari level 2 ke level 3 misalnya. Lihat situasi lagi di minggu berikutnya untuk dinaikan ke level 4. Nah kalau sudah turun kasusnya, baru di longgarkan kembali," papar Andry.
"Menurut saya cara ini bisa ditempuh agar pengaruh terhadap perekonomian tidak terlalu besar," tukasnya.
(SANDY)