Adalah AS dan China yang masih terjebak dalam perang chip semikonduktor yang merupakan komponen utama dalam berbagai alat-alat canggih seperti elektronik, smartphone, komputer, hingga kendaraan.
AS kembali memperketat cengkeramannya pada ekspor chip semikonduktor ke China pada 7 Oktober lalu.
Departemen Perdagangan AS mengumumkan kebijakan kontrol baru pada teknologi ini dan mengatur ekspor semikonduktor ke negeri Tirai Bambu.
AS disebut akan mengatur kontrol ekspor pada chip canggih dan peralatan manufaktur semikonduktor, terutama jika digunakan atau dipasang di China.
AS juga bakal melakukan pembatasan sumber daya manusia yang mendukung pengembangan atau produksi chip semikonduktor tertentu di China.
Negeri Paman Sam itu juga akan menambah listing Daftar Pengguna yang Tidak Diverifikasi dan Daftar Entitas yang bertujuan untuk mengontrol penggunaan akhir chip ini di mana kondisi ini berpotensi mengarah pada pembatasan ekspor.
Kebijakan ini kembali menambah panjang konflik dagang antara dua negara raksasa teknologi ini.
Mempertanyakan Peran Indonesia dan G20
Di tengah gejolak global yang tidak pasti, peran forum-forum elite internasional seperti G20 kembali dipertanyakan.
Dalam keanggotaan G20, Rusia masih memegang teguh invasinya terhadap Ukraina dan konflik dagang AS dan China belum sepenuhnya mereda.
Bahkan ketegangan AS-China kembali memanas baru-baru ini akibat kedatangan ketua DPR AS, Nancy Pelosi, ke Taiwan.
Dalam kunjungannya ke Taiwan, Pelosi disebut bertemu dengan pemimpin Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), Mark Liu. TSMC adalah salah satu raksasa chip semikonduktor.
Pelosi disebut dalam misi ‘merayu’ perusahaan ini agar membuka industri manufakturnya di AS dan berhenti memproduksi chip canggih untuk perusahaan China. Mengingat negeri Tirai Bambu ini juga bergantung pada pasokan impor manufaktur TSMC.
Konflik geopolitik hingga ancaman proteksionisme perdagangan bukan perkara mudah untuk dipecahkan bagi G20.
Namun, berbagai negara bisa memetik untung dalam forum ini, termasuk Indonesia. Dalam forum KTT G20, Indonesia bisa mendapatkan manfaat dari informasi dan pengetahuan lebih awal tentang perkembangan ekonomi global, potensi risiko yang dihadapi, serta kebijakan ekonomi yang diterapkan negara lain terutama negara maju.
Hal ini akan membantu Indonesia menyiapkan kebijakan ekonomi yang lebih tepat untuk menghadapi tantangan ke depan. (ADF)