IDXChannel - Pemerintah melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) telah mendiskusikan perluasan dan penambahan terkait cukai plastik dan hal yang mencakup kemasan dan wadah plastik, serta alat makan dan minum sekali pakai yang akan diterapkan pada 2022 mendatang.
Sehubungan dengan itu, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman mengatakan pihaknya masih menunggu pihak Pemerintah mengajak dan berdiskusi bersama.
“Tentunya kami masih menunggu kepastiannya, sampai saat ini kami belum diundang oleh pemerintah (termasuk DPR) untuk membahas bersama untuk cukai plastik, makanan atau minuman perasa serta turunan regulasinya,” kata Adi saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Jumat (10/9/2021)
Menurutnya Pemerintah atau DPR jika ingin menetapkan pajak cukai dan menambah pemasukan negara dengan pajak maka harus dibutuhkan dukungan dari berbagai stakeholders untuk mengatasi masalah negara ini.
“Seharusnya kan pemerintah tidak langsung serta merta menetapkan cukai atau menambah anggaran untuk itu. Kalau memang tidak melihat kondisi kita, lihat masalahnya adalah kurang sadarnya masyarakat,” ujarnya.
Pertama untuk beacukai yang diinisiasi oleh pemerintah tentu melihat kondisi sampah saat ini masih menjadi fokus dan catatan pemerintah khususnya bagi masyarakat yang kurang peduli dan sadar dalam membuang sampah.
“Kemudian selanjutnya masalah dari pemanis yang penyakit fokus pemerintah dalam menyebarkan penyakit tidak menular pedahal masalah utanamanya bagaimana membangun kesadarana hidup sehat, dan berbagai permasalahan pangan olahan manis bisa menjadi penyumbang Konsumsi pangan sebanyak 65 %,” tambahnya.
Dengan demikian menurutnya terkait pengenaaan dengan penambahan cukai pihaknya menganggap bukan yang hal cukup tepat karena permasalahan ada di dua utama permasalahan yang disampaikan tadi.
“Jadi ubah pola pikir masyarakatnya. Kalau ditambahkan dengan cukai tidak akan mengatasi masalah justru akan ada beban tambahan bagi bagi usaha bagi Ekonomi baru. Ujung-ujung nya industri makanan tumbuh sementara kondisi profil perusahaan selanjutnya perusahaan tidak normal,” tambahnya.
Meski demikian hal yang terpenting menutunya adalah saat ini adalah edukasi dan literasi budaya untuk hidup sehat dan dibangun bersama-bersama untuk atasi masalah utamanya bukan membebani masyarakat dengan cukai yang berujung ke dalam harga jual terlebih di masa sulit pandemi.
(IND)