"Tambahan 1-2% bunga akan berpengaruh langsung ke cicilan bulanan, sehingga sektor properti paling terdampak dari naiknya bunga acuan. begitu juga sektor otomotif, yang mengandalkan leasing mungkin target penjualan akan direvisi lebih rendah," jelas Bhima.
Dampak kedua, mengganggu ekspansi dunia usaha karena cost of financing yang naik untuk kredit modal kerja dan kredit investasi. Pelaku usaha sebagian mencari alternatif pendanaan misalnya dengan right issue, dibanding pinjaman ke bank atau terbitkan obligasi.
"Ketiga, pertumbuhan kredit tahun depan akan melambat atau diperkirakan turun ke 7-8% pada 2023, dibanding proyeksi tahun ini yang tumbuh 9-11% year on year. Padahal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5% setidaknya pertumbuhan kredit harus 3 kali pertumbuhan PDB atau sebesar 15%," pungkas Bhima.
(DES)