5. Pound Mesir
Persentase penurunan pada 2023 sebesar 29%
Alasan mengapa Pound Mesir Buruk terhadap dolar AS tahun ini adalah kenaikan pangan dan energi. Mesir merupakan salah satu importir gandum terbesar di dunia. Perang antara Rusia dengan Ukraina membuat harga gandum melonjak. Hal ini memperbesar utang pemerintahan Mesir.
Mesir mengambil tindakan jangka panjang dengan bantuan IMF, termasuk kenaikan suku bunga dan kebijakan bebas pasar yang bertujuan membantu dunia usaha mencapai pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
6. Yen Jepang
Persentase penurunan Yen Jepaang terhadap dolar yaitu 13%
Dalam beberapa tahun terakhir, Yen berada di bawah tekanan akibat kenaikan harga pangan dan energi secara global, meskipun terdapat aliran uang asing masuk dari ekspor.
Tagihan impor meningkat akibat naiknya harga minyak dan gas. Pemerintah meminjam uang untuk memenuhi keperluan. Tingginya imbal hasil obligasi pemerintah AS dan kuatnya dolar juga menurunkan minat terhadap aset-aset di pasar Asia.
7. Som Uzbekistan
Persentase penurunan Som terhadap dolar AS yaitu 8,3%
Sejak memperoleh kemerdekaan terhadap Uni Soviet, negara ini sangat bergantung pada perdagangan Rusia untuk stabilitas ekonomi. Hal ini menjadi salah satu alasan mata uang Uzbekistan terdevaluasi terhadap dolar AS.
Pihak berwenang Uzbekistan sedang memikirkan cara untuk menarik lebih banyak investor demi menopang kejatuhan mata uang.
8. Ringgit Malaysia
Persentase penurunan sepanjang 2023 sebesar 7%
Dalam tiga dekade terakhir, malaysia mempunyai kinerja yang kuat terhadap dolar AS. Menurut laporan, menurunnya Ringgit hampir 5% tahun ini terakhir kali terjadi saat krisis keuangan Asia 25 tahun lalu.
Beberapa alasan kinerja Ringgit buruk pada 2023 adalah meningkatnya ketidakpastian politik di negara tersebut, kuatnya permintaan dolar AS di seluruh dunia di tengah melonjaknya harga energi, penurunan ekspor Malaysia, dan ketergantungan ekonomi Malaysia pada China.
9. Yuan China
Persentase penurunan pada 2023 sebesar 6%
Yuan mendapat banyak tekanan pada tahun ini karena banyak alasan, di antaranya penjualan saham China oleh investor luar hingga data ekonomi dari Beijing yang mengecewakan investor.
Yuan adalah salah satu mata uang dengan kinerja buruk di Asia tahun ini jika diukur dengan dolar AS. Namun, jika ukur dengan mata uang lain yang lebih kuat, nilainya tetap stabil.
10. Won Korea Selatan
Persentase penurunan pada 2023 sebesar 4%
Tekanan ekonomi China serta kenaikan suku bunga Federal Reserve turut berkontribusi pada kinerja Won Korea.
Won sering digunakan untuk proxy perdagangan Yuan China, karena China memiliki kontrol mata uang yang ketat. Devaluasi Yuan yang dramatis, menekan Won tahun ini. (NIA)