IDXChannel – Stockholm International Peace Research Institute menyatakan bahwa adanya perang antara Rusia dan Ukraina mengatakan bahwa bukan kabar baik untuk industri senjata.
Laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengungkap bahwa 100 produsen senjata top dunia terus meningkatkan penjualannya pada tahun 2021. Namun, pertumbuhan di sektor tersebut mengalami perlambatan karena masalah rantai pasokan.
Menurut laporan yang diterbitkan pada Senin (5/12/2022) itu, pandemi COVID-19 berperan menghambat pertumbuhan menjadi 1,9 persen pada tahun 2021 dibandingkan 2020.
SIPRI juga memprediksi bahwa perang di Ukraina akan menyebabkan masalah serupa bagi industri dalam jangka pendek hingga menengah.
Bahan baku sulit didapatkan
Laporan tersebut menyebut bahwa meskipun invasi Rusia atas Ukraina dan respons negara-negara Barat telah meningkatkan permintaan senjata, mereka juga membuat produsen senjata kesulitan untuk mendapatkan bahan baku.
Menurut SIPRI, Rusia adalah pemasok utama bahan baku yang digunakan dalam produksi senjata.
"Hal ini dapat menghambat upaya Amerika Serikat dan Eropa dalam memperkuat angkatan bersenjata mereka dan untuk mengisi kembali persediaan senjata mereka setelah mengirimkan amunisi dan peralatan lain senilai miliaran dolar ke Ukraina,” kata laporan itu dilansir melalui DW Senin (5/12/2022).
Di sisi lain, perusahaan Rusia yang meningkatkan produksinya karena perang, juga mengalami kesulitan mengakses semikonduktor, catat laporan SIPRI. Perusahaan dilaporkan telah terkena dampak sanksi terkait perang, misalnya dalam hal pembayaran.
"Untuk meningkatkan output butuh waktu,” kata Diego Lopes da Silva, peneliti senior SIPRI.