“Kondisi ini berkembang menjadi ketakutan akan resesi global yang memicu sentimen risk-off dan aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” kata dia.
Andry pun memperkirakan tingkat inflasi di paruh kedua tahun ini masih akan meningkat, utamanya setelah pemerintah memberikan sinyal bahwa akan ada kenaikan harga BBM pada pekan ini.
Menurutnya, dampak kenaikan tersebut diperkirakan cukup besar karena tidak hanya berdampak pada inflasi kelompok harga diatur pemerintah atau administered price, tetapi juga akan berdampak terhadap barang dan jasa selain BBM dan transportasi.
Tingkat inflasi pada 2022 diproyeksi akan lebih tinggi dari perkiraan saat ini yang sebesar 4,60%. Secara keseluruhan, Andry melihat bahwa, BI masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga acuan hingga 50 bps di level maksimal 4,25% pada sisa tahun 2022.
(DES)