sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Swasembada Pangan Dinilai Penting untuk Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Economics editor Tangguh Yudha
08/10/2024 10:15 WIB
Swasembada pangan menjadi syarat mutlak untuk bisa mewujudkan pertumbuhan ekonomi 8 persen seperti yang ditargetkan Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Swasembada Pangan Dinilai Penting untuk Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. Foto: MNC Media.
Swasembada Pangan Dinilai Penting untuk Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Swasembada pangan menjadi syarat mutlak untuk bisa mewujudkan pertumbuhan ekonomi 8 persen seperti yang ditargetkan Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Hal tersebut diungkapkan Senior Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad.

Meskipun IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan ada di kisaran 5 persen, namun menurutnya bukan tidak mungkin target tersebut bisa dicapai.

Pasalnya sejarah menunjukkan saat Indonesia berhasil mencapai swasembada pada era Soeharto, sektor pertanian mampu tumbuh hingga 5 persen dan menunjang pertumbuhan secara nasional.

Tauhid menyebut untuk mencapainya lagi, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah ekstensifikasi lahan sawah secara besar-besaran. Dia menilai pembukaan lahan baru untuk sawah sangat penting dilakukan, dan ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah.

"Ekstensifikasi lahan pertanian tidak bisa dihindari jika kita ingin mengejar swasembada pangan. Ini bukan tugas mudah, tetapi wajib dilakukan,” ujarnya saat menjadi pembicara pada kegiatan FGD “Perluasan Lahan Sawah Sebagai Kunci Menuju Kedaulatan Pangan” di Bogor, Senin (7/10/2024).

Lebih lanjut, Tauhid menyatakan dengan proyeksi kebutuhan beras nasional mencapai 33 juta ton, maka Indonesia perlu memproduksi minimal 35 juta ton beras. 

“Tapi pemerintah harus memiliki target produksi yang jelas untuk lahan-lahan baru tersebut, apalagi produktivitasnya pasti tidak akan bisa langsung setinggi lahan existing. Jadi lokasinya di mana saja dan kemampuan produksinya berapa, itu harus bisa diprediksi dari sekarang,” kata Tauhid.

Pada kesempatan tersebut, Tauhid juga mengkritisi ketidaksinkronan antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang disusun pemerintah dengan visi Presiden terpilih Prabowo Subianto yang tertuang dalam "Asta Cita".

"Dari delapan Asta Cita, tiga di antaranya secara eksplisit mendukung kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, dan air. Namun dokumen RPJM yang disusun pemerintah justru tidak mengakomodasi sektor pertanian sebagai prioritas utama," tuturnya.

Dalam Asta Cita, terdapat tiga program prioritas terkait sektor pertanian yang dinilai penting untuk mencapai kemandirian pangan. Pertama, mencapai swasembada pangan, energi, dan air. Kedua, menjamin ketersediaan pupuk, benih, dan pestisida langsung ke petani. Ketiga, melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasis sumber daya alam.

Lebih lanjut, Tauhid menegaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, khususnya target 8 persen pada 2029, sinkronisasi antara Rencana Pemerintah Jangka Menengah (RPJM) dan Asta Cita sangat krusial.

Menurutnya, tidak bisa jika hanya berfokus pada dokumen RPJM tanpa mempertimbangkan arah kebijakan strategis yang diusung oleh Presiden terpilih.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement