Terlebih saat ini sudah ada sekitar 50 negara yang sudah menaikkan bunga acuannya. Indonesia belum melakukan hal yang sama, namun bukan berarti Indonesia akan bisa menghindar dari ancaman resesi tersebut.
"Meskipun kita dinilai lebih siap jika berhadapan dengan resesi tersebut. Tetapi ancaman tingginya inflasi, serta peluang pertumbuhan ekonomi direvisi, berpeluang memicu terjadinya stagflasi di tanah air. Artinya kita tetap terimbas dari ancaman resesi global, dan kita masih terus dihantui dengan memburuknya kondisi ekonomi eksternal," jelasnya.
Sementara itu, kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat tajam pada sesi perdagangan pertama. Seiring dengan penguatan bursa global.
Namun sayangnya IHSG justru mengalami tekanan jual di sesi kedua. Meskipun masih mampu ditutup di zona positif, IHSG terpaksa harus mengurangi keuntungannya dan hanya ditututup naik 0,62 persen di level 7.050,33.
"Padahal di sesi pertama IHSG sempat menguat 1,62 persen," tukasnya.
Untuk mata uang Rupiah, sebut Gunawan, diperdagangkan melemah di kisaran level 14.780 per US Dolar pada perdagangan hari ini. Nasib Rupiah tidak sebaik IHSG. Meski demikian pelemahan Rupiah pada hari ini bukan menjadi ancaman bagi BI.