sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Usir Keluar Dirut KRAS, DPR Bakal Investigasi Proyek Blast Furnace

Economics editor Suparjo Ramalan
14/02/2022 14:48 WIB
Kritik Komisi VII DPR soal Proyek Blast Furnace berujung pada pengusiran Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dari ruang rapat.
Usir Keluar Dirut KRAS, DPR Bakal Investigasi Proyek Blast Furnace. (Foto: MNC Media)
Usir Keluar Dirut KRAS, DPR Bakal Investigasi Proyek Blast Furnace. (Foto: MNC Media)

Sebelum diusir dari ruang sidang, Silmy menjelaskan tidak efektifnya proyek Blast Furnace adalah tidak adanya fasilitas basic oksigen furnace. Dia menyebut, pada 2008 lalu, Krakatau Steel memiliki fasilitas hulu berupa direct reduction plant, slab steel plant, dan billet steel plant. 

Saat itu, manajemen KRAS berhitung bahwa pengembangan kapasitas baja dimulai dari fasilitas hulu dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas eksisting. Pertimbanganya, jika perusahaan membangun Blast Furnace dengan teknologi basic oksigen furnace, maka KRAS harus mendemolisi fasilitas eksisting, sehingga diputuskan pembangunan blast furnace dengan integrasi atau modifikasi fasilitas yang ada. 

Hanya saja, dalam proses produksinya, khususnya produksi hot metal dalam menghasilkan slab internal, didapati hasil produksi slab lebih mahal dibandingkan harga slab pasar. Bahkan, lebih tinggi dibandingkan harga jual HRC. 

Silmy menyebut, harga slab produksi mencapai USD742 per ton, harga slab market USD476 per ton, sementara harga HRC market senilai USD629 per ton. 

Atas hasil kajian KPMG, maka dengan perubahan asumsi pada saat perencanaan dan kondisi aktual, kinerja Krakatau Steel akan lebih buruk dengan mengoperasikan Blast Furnace dalam 5 tahun ke depan. Bahkan, emiten diproyeksi mengalami kerugian dan memerlukan modal kerja hingga USD2,5 miliar. 

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement