sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

WEF 2023, Sudah Saatnya Serukan Pelonggaran Kebijakan Moneter?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
17/01/2023 12:39 WIB
Pembuat kebijakan global tengah menghadapi dilema antara melanjutkan pengetatan moneter atau melonggarkannya
WEF 2023, Sudah Saatnya Serukan Pelonggaran Kebijakan Moneter? (Foto: WEF)
WEF 2023, Sudah Saatnya Serukan Pelonggaran Kebijakan Moneter? (Foto: WEF)

IDXChannel - World Economic Forum (WEF) menyebutkan, para pembuat kebijakan global, terutama bank sentral, tengah menghadapi dilema antara melanjutkan pengetatan moneter atau melonggarkannya.

Menurut laporan terbaru Chief Economists Outlook edisi Januari 2023 WEF, jika pengetatan moneter terlalu banyak, dalam hal ini peningkatan suku bunga acuan, dapat menyebabkan resesi yang dalam dan berkepanjangan.

Kondisi ini ditakutkan menyebabkan kerugian yang tidak perlu bagi rumah tangga dan bisnis.

Namun, pelonggaran kenaikan suku bunga bisa menjadi lebih buruk, menyebabkan berlanjutnya biaya hidup dan biaya input yang tinggi. Bahkan, pelonggaran kebijakan moneter ini juga berpotensi pengetatan moneter yang lebih tajam di kemudian hari untuk memulihkan stabilitas harga.

IMF menunjuk pada contoh yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) pada akhir 1970-an. Di bawah kepemimpinan Paul Volcker, akhir tahun 70-an The Fed menyerukan kebijakan pelonggaran kenaikan suku bunga setelah fase hawkish yang signifikan.

Sebelumnya, inflasi tinggi selama empat dekade memaksa The Fed, Bank of England (BoE), dan Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menaikkan suku bunga secara agresif. Kondisi keuangan yang lebih ketat yang dihasilkan menekan pasar saham dan meningkatkan imbal hasil obligasi.

Tantangan di 2023

Menurut laporan WEF, sementara ini ada tanda-tanda bahwa pengetatan moneter memiliki efek yang diinginkan.

AS telah mencatat penurunan inflasi selama lima bulan berturut-turut, sementara ekspektasi inflasi zona euro tampak relatif baik dalam jangka waktu tiga tahun. Dalam hal ini, kehati-hatian diperlukan pembuat kebijakan dalam menentukan kapan kebijakan moneter dapat dilonggarkan kembali.

Namun, pembuat kebijakan fiskal juga menghadapi tantangan yang signifikan, paling tidak karena ruang fiskal yang sangat berkurang setelah pengeluaran pemerintah yang luar biasa selama pandemi Covid-19.

Banyak pemerintah telah melihat biaya pinjaman mereka meningkat secara signifikan dalam menghadapi pengetatan moneter global dan akibat pandemi Covid-19. Banyak pemerintah di berbagai negara juga mengalami dilema antara kebutuhan investasi dan kendala pada pendapatan fiskal.

Bahkan ketika anggaran belanja negara masih dapat dikatakan ‘sehat’, pemerintah perlu mengatasi berbagai tantangan sosial dan iklim yang saat ini menjadi fenomena global melalui investasi jangka menengah hingga jangka panjang.

Di antaranya seperti kebutuhan investasi di bidang kesehatan, pendidikan, perawatan, infrastruktur, dan energi. Ini perlu dilakukan untuk meningkatkan ketahanan tanpa memicu lingkaran setan yang lebih mengkhawatirkan di masa depan seperti bencana alam dan krisis energi.

Ada juga tekanan politik, dengan risiko pengetatan fiskal dan moneter dapat memicu reaksi elektoral di banyak negara.

Meski sejumlah tantangan tengah dihadapi para pengambil kebijakan, tahun ini tampaknya menjadi tahun di mana para bank sentral akan lebih kalem dalam kebijakan moneternya.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement