Ketekunannya terbayar, Gudang Garam tumbuh pesat dan pada 1966 pabriknya sudah menyandang posisi selaku produsen kretek terbesar di Indonesia. Saat itu ia sudah mempekerjakan ribuan karyawan dan mampu memproduksi 50 juta batang rokok kretek.
Usahanya pernah terdampak krisis pada medio 1960an, namun Ing-Hwie berhasil membawa bisnisnya kembali bangkit dalam kurun waktu yang cukup cepat. Pada 1969 saja, Ia berhasil meningkatkan status Gudang Garam menjadi firma, dan pada 1971 perusahaannya menjadi perseroan terbatas.
Keputusan konservatif Surya terlihat dari pilihannya untuk tetap memproduksi rokok sigaret kretek tangan, di saat perusahaan-perusahaan rokok lain sudah mulai menggunakan mesin pada tahun 70-an.
Surya mendatangkan mesin pada 1979, dan akibatnya, pabriknya mampu berproduksi dua kali lipat. Saat itu Gudang Garam berhasil menaikkan produksinya dari 9 miliar batang per tahun menjadi 17 miliar batang per tahun.
Pada era 1980, Gudang Garam berkembang kian pesat. Kapasitas produksinya mencapai 1 juta batang per hari, dan mampu meraup omzet USD7 juta, serta meraih pangsa pasar hingga 38%. Capaian ini membawa Gudang Garam sebagai perusahaan rokok kretek terbesar di Indonesia.