Kendati telah sukses besar, hingga saat itu Surya masih memilih untuk fokus memproduksi rokok kretek.
Sosok di Balik Rokok Gudang Garam: Kian Besar dari Tahun ke Tahun
Surya Wonowidjojo meninggal dunia pada 1985. Sebelum ia berpulang, kedua putranya, Rachman Halim dan Susilo Wonowidjojo, telah aktif bekerja membantu ayahnya di Gudang Garam sejak 1970-an.
Gudang Garam resmi melantai di bursa pada 1990, perusahaan melepas 57 juta saham di Bursa Efek Jakarta dan 96 juta saham di Bursa Efek Surabaya. Saat itu, kepemilikan saham dipegang oleh keluarga Surya, dengan kepemilika utama berada di tangan istrinya dan putranya, Rachman Halim.
Pada 1996, Gudang Garam berhasil mencatatkan penjualan hingga Rp9,6 triliun, dan melonjak menjadi Rp15 triliun empat tahun kemudian. Putra Surya masih mengikuti jejak ayahnya untuk menjalankan bisnisnya secara konservatif.
Salah satu kehebatan manajemen Gudang Garam adalah minimnya ketergantungan perusahaan pada utang luar negeri, sehingga bisnis tidak terlalu terdampak saat Indonesia dilanda krisis pada akhir 1990-an.