sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sempat Terdampak Pandemi, Anak Loper Koran Gunungkidul Sukses Lulus Cumlaude di UGM

Inspirator editor Erfan Erlin
30/08/2022 10:58 WIB
Berikut kisah Indah Choirunnisa (23), anak loper koran yang meraih predikat lulus cumlaude di UGM.
Sempat Terdampak Pandemi, Anak Loper Koran Gunungkidul Sukses Lulus Cumlaude di UGM (Dok.Ist)
Sempat Terdampak Pandemi, Anak Loper Koran Gunungkidul Sukses Lulus Cumlaude di UGM (Dok.Ist)

IDXChannel - Indah Choirunnisa (23), menjadi salah satu mahasiswa yang meraih predikat lulus cumlaude dalam wisuda sarjana yang digelar oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) hari Sabtu (27/8/2022) lalu. 

Warga Dusun Tawarsari RT 12 Kalurahan Wonosari Kapanewon Wonosari Gunungkidul mampu meraih nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,65 

Siapa sangka, Indah ternyata adalah anak dari seorang loper koran yang biasa mengantar ke kompleks Pemda Gunungkidul dan sekitarnya. Indah adalah putri sulung dari pasangan Muryadi Ilyas (52) dengan Giyanti.

Ditemui di rumahnya, Muryadi mengatakan, meski lulus dengan predikat memuaskan namun kelulusannya sempat molor setahun dibanding teman seangkatan anaknya di SMA. Sebab, Indah sempat pindah kampus sebelum di UGM.

Selepas SMA, Indah sebenarnya diterima dan kuliah di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Manajemen UNY. Namun karena merasa tidak cocok maka Indah memutuskan untuk ikut lagi SNMPTN dan diterima di Sastra Indonesia UGM.

"Jadi tahun pertama setelah lulus SMA itu kuliah di UNY. Kemudian tahun kedua hingga lulus kuliah di UGM,"ungkap dia 

Muryadi mengaku bahagia dan bangga karena anaknya mampu meraih nilai membanggakan. Seolah mimpi, perjuangannya selama belasan tahun mampu menghantarkan anak sulungnya meraih cumlaude di Universitas Gajah Mada (UGM).

Perasaan haru menghinggapinya karena ia yang hanya seorang loper koran bisa membiayai kuliah anaknya di universitas ternama di tanah air, UGM. Meski harus hidup prihatin agar anaknya bisa sekolah, namun ia kini tersenyum bangga.

Rasa was-was sempat menghinggapi dirinya apakah mampu mendampingi anaknya hingga lulus. Karena pandemi sempat membuat usaha loper korannya terdampak dan mengalami penurunan. Pelanggannya turun menjadi sekitar 300 orang. 

"Di samping pandemi, penurunan pelanggan koran ini juga imbas dari digitalisasi yang belakangan juga terjadi,"terangnya.

Karenanya, ia mencoba untuk menambah jenis dagangannya. Dia kini juga mencoba menjual kayu bakar, arang dan juga madu. Semua itu ia lakukan agar anaknya bisa menyelesaikan pendidikan.

"Indah kuliah di UGM dan anak saya yang kedua di SMK N 2 Wonosari,"ujar dia.

Muryadi mengaku sangat terbantu ketika Indah kuliah di UGM. Karena Indah diterima di UGM melalui program Bidik Misi. Sehingga ia mendapat beasiswa gratis selama kuliah di samping juga biaya hidup setiap sebulan sekali.

Meskipun gratis biaya kuliah, namun yang paling berat dirasakannya adalah untuk biaya kost, biaya makan dan biaya lain-lain. Apalagi biaya kost di seputaran UGM sudah tidak murah lagi, perbulan ia harus membayar Rp450 ribu.

"Itu baru kost saja. Belum biaya lain-lain,"katanya.

Ia mengaku tidak memiliki usaha lain kecuali loper koran dan berjualan kayu bakar serta arang. Untuk biaya pendidikan anaknya dan makan sehari-hari semuanya dari loper koran tersebut. Namun ia bersyukur selama ini tidak pernah merasa kekurangan.

"Alhamdulillah saya itu tidak pernah sakit. Jadi berangkat terus, saya hanya libur pas nikah dulu. Itu saja cuma dua hari,"ujar dia 

Sejak tahun 1996, Muryadi mulai merintis sebagai loper koran. Masih ingat di benaknya kala itu, dengan modal yang sangat minim ia mencoba membuang malu berjualan koran. Saat itu, uangnya hanya cukup untuk membeli koran sebanyak 12 eksemplar.

Dia mencoba menjajakan koran dari rumah ke rumah dan kantor ke kantor. Selepas sholat subuh, ia mengayuh sepedanya mengelilingi kota Wonosari untuk mengantarkan dan mencari pelanggan koran yang dia miliki.

"Alhamdulillah pelanggan koran kami semakin banyak,"ujarnya.

Kini, hampir semua Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Pemerintah Daerah (Pemda) Gunungkidul telah menjadi pelanggannya. Bahkan sebelum pandemi covid19 melanda, Muryadi mengaku memiliki pelanggan sebanyak 500 orang.

Beragam koran dari media memang ia jual semuanya berdasarkan kesenangan pelanggan. Melalui loper koran inipula ia mengaku hampir semua pejabat di Gunungkidul ia kenal. Mulai level terbawah hingga maksimal asisten bupati ia kenal.

"Dulu sewaktu bupatinya Bu Badingah dan Bupati sebelum-sebelumnya semua saya kenal. Bahkan Bu Badingah sering memanggil saya ke rumah beliau,"ungkapnya.

Indah sendiri mengaku tidak malu dengan profesi bapaknya. Ia sangat berterimakasih dengan kedua orangtuanya yang telah berjuang banting tulang. Ia tidak mempermasalahkan ketika harus berangkat sendiri ke sekolah jalan kaki.

"Bapak sudah berangkat selepas subuh sementara ibu sibuk mempersiapkan segala keperluan ia dan adiknya. Jadi saya berangkat sekolah sendiri, jalan kaki. Tapi tidak masalah karena saya tahu perjuangan bapak ibu sudah sangat keras untuk kami," tuturnya. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement