Untuk yang pertama, ADHI bisa melunasi utang jatuh tempo apabila perseroan menerima pembayaran dari pemilik pekerjaan setelah proyek selesai dikerjakan.
"Tetap bila menggunakan fasilitas non cash loan perkiraan perseroan dapat melunasi selama 180 hari," katanya.
Dari sisi profil usia utang bruto, sebanyak Rp1,90 triliun belum jatuh tempo dengan realisasi pembayaran hingga Maret 2025 sebesar Rp727 miliar (38 persen). Sementara posisi utang dengan jatuh tempo 1-30 hari Rp426 miliar, 31-60 hari Rp90 miliar, 61-90 hari Rp227 miliar, dan lebih dari 90 hari Rp524 miliar.
Rozy mengungkapkan, arus kas ADHI membaik signifikan pada 2024 dengan posisi arus kas operasional mencapai Rp1,46 triliun, naik hingga 1.649,5 persen. Perbaikan arus kas ini disebabkan perolehan pembayaran atas termin LRT Jabodebek sebesar Rp4,1 triliun.
Meski cashflow membaik, ADHI bakal tetap menggunakan pinjaman bank serta obligasi di samping kas dari pembayaran proyek untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Terkait pinjaman tersebut, hingga akhir 2024, beban keuangan BUMN Karya tersebut mencapai Rp837 miliar, naik 3,5 persen.